Eksistensi Manusia Berpuasa dalam sudut pandang Leap Of Faith Soren Kierkegaard

Saat ini umat muslim di seluruh dunia tengah menjalankan ibadah berpuasa. Selama hampir sebulan penuh dengan durasi kurang lebih 13 jam di siang hari, umat muslim akan menahan diri untuk tidak melakukan aktivitas makan dan minum. Perintah atas ibadah puasa ini terdapat dalam kitab Al Quran tepatnya pada Surat Al Baqarah ; Ayat 183, yang memiliki arti :

“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa”

Fenomena ini cukup unik, dimana manusia dengan rela untuk tidak memenuhi kebutuhan dasarnya yaitu makan dan minum selama hampir seharian penuh di tengah aktivitasnya, demi mengikuti perintah Tuhan. Manusia yang menjalankan ibadah berpuasa ini percaya dan meyakini bahwa dengan menjalankan ibadah ini akan memberi manfaat positif teruntuk dirinya baik di dunia maupun akhirat kelak. Penulis disini mencoba untuk mengupas suatu bentuk eksistensi ketaatan hamba Tuhan yang menjalankan ibadah puasa dalam konsep Leap of Faith Soren Kierkegaard.

Soren Kierkegaard merupakan filsuf berkebangsaan Denmark, dia dibesarkan dalam kondisi lingkungan yang sangat religius. Kierkegaard juga dikenal atas pemikirannya yang mengkritik karya Hegel atas roh absolut yang tidak melihat peran sentral individu manusia yang unik, dan Kierkegaard mencoba mengkritik hal tersebut. Konsep leap of faith Kierkegaard terbagi menjadi 3 jenjang atau tahap kehidupan manusia, dimulai dari tahap yang paling rendah yaitu tahap estetik, tahap etik, dan tahap paling tertinggi yaitu tahap religius.

Tahap pertama yaitu tahap estetik, Kierkegaard menjelaskan bahwa pada jenjang ini, manusia menjalankan kehidupannya dimanuver oleh rasa estetik, atau berfokus dalam memenuhi kepuasan semata. Output atau ungkapan maksimum manusia pada tahap ini adalah ungkapan verbal atau simbol. Contoh karakter seseorang yang dapat kita lihat pada tahap ini adalah karakter Don Juan, yang merupakan seorang playboy mempunyai karismatik untuk mendekati banyak wanita. Hal yang dilakukan oleh Don Juan disini adalah hasrat dalam memenuhi kepuasan seksualnya semata tanpa mempertimbangkan suatu nilai moral yang berlaku dalam kehidupan.

Berikutnya adalah tahap etik, dalam tahap ini manusia mulai menyisipkan rasa bersalah atau cita-cita moral dalam menjalankan kehidupannya. Suatu individu sudah lepas atas hasrat memenuhi kepuasan seksualnya, dan mendorong diri untuk terlibat aktif dalam kehidupan bermasyarakat. Fokus individu pada tahap ini adalah komitmen terhadap suatu nilai yang dianut. Dalam tahap ini terjadilah pergolakan batin dalam diri individu untuk mempertimbangkan perbuatannya dalam bermasyarakat, memilah mana perilaku yang tepat dan yang kurang pantas untuk diimplementasikan dalam kehidupan riil. Contoh karakter yang dapat kita lihat dalam tahap ini adalah Socrates, yang menghabiskan kehidupannya untuk melontarkan pertanyaan-pertanyaan seputar kehidupan.

Tahap yang paling tertinggi adalah tahap religius. Dalam tahap ini manusia mencoba berusaha melepaskan diri seutuhnya untuk tidak memikirkan hal duniawi dan berpasrah diri atas kehendak-kehendak Tuhan. Tidak dapat diperhitungkan dengan sistem logika mana pun, dan tidak berharap imbalan atas ketaatan yang dijalankannya. Kierkegaard menjelaskan pada tahap ini aspek keberanian suatu individu juga diperlukan, keberanian untuk melompat ke suatu area yang gelap. Gelap yang dimaksud disini adalah suatu area ketidaktahuan individu secara pasti terhadap apa yang dijalankannya. Contoh karakter yang dapat dilihat dalam tahap ini adalah Nabi Ibrahim. Kisah Ibrahim yang menyembelih anaknya yaitu Nabi Ismail adalah contoh karakter yang pas dalam menggambarkan tahapan religius ini. Untuk apa seorang ayah menyembelih anaknya, yang menjadi taruhannya adalah nyawa anaknya sendiri demi mengikuti suara-suara yang entah dari mana asal bentuk konkretnya. Tetapi dalam kisah ini Ibrahim yakin sepenuhnya bahwa suara yang ia dengar tersebut merupakan perintah Tuhan yang tidak dapat ia langgar.

Bila kita tarik ke dalam bentuk eksistensi umat muslim yang sedang berpuasa, ini merupakan latihan kecil bagi suatu individu melepaskan diri sepenuhnya dari urusan duniawi. Dengan tidak menuruti hawa nafsu, menahan diri agar tidak makan dan minum setiap harinya, dan memperbanyak dalam berbuat kebaikan. Mungkin ibadah puasa yang kita jalankan saat ini merupakan kebiasaan yang telah dijalankan berpuluh-puluh tahun dalam seumur hidup kita, tetapi bila kita dapat refleksikan lebih mendalam, ibadah ini merupakan bentuk eksistensi tahap ketiga dalam konsep leap of faith Kierkegaard. Puasa dirasa dapat menjadi batu lompatan atau latihan yang baik bagi individu agar dapat menjalankan kehidupan seutuhnya pada tahap religius

 

DAFTAR PUSTAKA

Pustaka Matahari. (2023, 9 Oktober). 10- KIERKEGAARD (2)- Sejarah Filsafat Kontemporer [Bambang I. Sugiharto]. [Video]. https://www.youtube.com/watch?v=w5gaX6VVgQ0 

 
Picture of Dhimas Qodhlizaka

Dhimas Qodhlizaka

qodhlizaka@gmail.com
Labschool Jakarta, Yayasan Pembina Universitas Negeri Jakarta

Leave a Replay

Komplek UNJ, Jalan Pemuda, RT. 7 / RW. 14, Rawamangun, RT.7/RW.14, Rawamangun, Kec. Pulo Gadung, Kota Jakarta Timur, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 13220

Get In Touch

info@labschool-unj.sch.id

(021) 4786 0038 (Hunting)

© LABSCHOOL UNJ

LOGIN APLIKASI

DAFTAR ULANG

SMP

SMA

KB-TK

SD

DAFTAR ULANG PPSBB

DAFTAR ULANG PSB

PENGUMUMAN KELULUSAN

PILIH UJIAN